Menjadi Manusia Utama

Albert Camus mengatakan bahwa kita ini adalah manusia yang terpental ke dunia. Kita tidak tahu kenapa kita hidup, sehingga tujuan hidup kita menjadi semakin tidak jelas. Banyak manusia yang tidak menyadari tujuan hidup mereka sampai kematian menjemput. Sehingga mereka menjalani hidup tanpa arah dan tiba-tiba usia mereka sudah terlanjur tua untuk kembali menyelami hidup mencari pemaknaan diri. Tiba-tiba kita menjadi sadar bahwa umur manusia itu begitu pendek dan hidup begitu berharga, sedangkan waktu tak bisa dimundurkan atau dimajukan lagi.

Tentu saja manusia tidak hanya harus menemukan tujuan hidupnya, tetapi juga harus menjalani peran yang ditugaskan kepadanya oleh Tuhan. Dan lakon yang dijalaninya yang akan mewarnai serta menghantar mereka pada tujuan hidup mereka. Tentu saja kita tidak bisa berlari dari lakon yang sudah diberikan kepada kita. Tinggal bagaimana cara kita memandang dan menerimanya dengan lapang dada.

Menyadari bahwa hidup itu begitu berharga, oleh sebab itu kita tidak boleh berhenti untuk belajar. Belajar disini tidak hanya mengenai hal-hal yang diajarkan oleh berbagai lembaga pendidikan, tetapi juga belajar mengenai “hidup”. Lebih tepatnya ialah bahwa kita belajar memaknai hidup, sehingga kita dapat mengetahui peran dan tujuan manusia diciptakan.

Memaknai sifat manusia kita harus belajar menjadi manusia utama. Dalam buku Ramayana misalnya, sangat menekankan bahwa menjadi manusia utama lebih penting daripada memiliki kerajaan dan kekayaan yang berlimpah harta dan makanan. Oleh sebab itu Rama dan Lesmana tidak keberatan ketika harus kehilangan kerajaannya, malah sebaliknya ia begitu menikmati menjadi pengembara yang penuh dengan cobaan tetapi semakin menghantarnya pada tujuan hidupnya.

Dalam kisah Ramayana dikatakan bahwa manusia memiliki delapan sifat yang harus kita miliki, terutama jika kita menjadi raja atau pemimpin. Delapan sifat tersebut menjadi pribadi kepemimpinan yang asalnya diambil dari watak delapan dewa. Dewa-dewa tersebut ialah: Batara Indra, Batara Surya, Batara Bayu, Batara Kuwera, Batara Baruna, Batara Yama, Batara Candra, dan Batara Brama.

Sifat Batara Indra adalah tegas, ingin bumi ini aman, tidak pandang bulu, siapa berbuat salah harus dihukum.

Sifat Batara Surya adalah tenang penuh welas asih, tidak perlu marah untuk membuat seluruh rakyat dan prajurit berbuat kebajikan.

Sifat Batara Bayu adalah berbudi pekerti luhur, sambil berlaku wajar dapat mengetahui manusia mana yang berlaku jahat dan bertingkah laku utama.

Sifat Batara Kuwera adalah bijaksana, penuh kepercayaan kepada pimpinan bawahan, “nora ngalem nora nutuh ” artinya tidak mudah mengeluarkan pujian tetapi juga tidak mudah mengeluarkan celaan.

Sifat Batara Baruna adalah waspada, sekalipun tidak digunakan setiap hari, belajar menggunakan senjata adalah penting, termasuk senjata ilmu.

Sifat Batara Yama adalah “rumeksa praja” atau menjadi pengawal utama atau bhayangkara Negara, nusa, dan bangsa. Di dalam dunia keprajuritan tidak boleh ada yang berbuat jahat.

Sifat Batara Candra adalah “Apura saranira” artinya bersifat penuh maaf, tutur katanya menimbulkan ketentraman batin semua orang. Kehadirannya menimbulkan senyum dan tawa.

Sifat Batara Brama adalah “Rumeksa gung anom, marisa maring wadya balane, ngelu mules waras den kawruhi ” artinya menaruh perhatian yang sebesar-besarnya kepada anak-anak muda, memperhatikan kehidupan semua orang, mengetahui apakah mereka sakit atau sehat.

Demikian delapan sifat yang harus dimiliki oleh manusia diatas adalah isi dari wejangan Ramawijaya kepada Wibisana, penguasa Kerajaan Alengka yang baru. Sebagai manusia tentu saja Ramawijaya sudah menemukan peran dan tujuan hidupnya sebagai titisan Batara Wisnu sejati dalam pengembaraannya yang berat. Bahkan ia sendiri yang sebenarnya dewa juga tidak bisa terlepas dari keterbatasan manusia, mencoba menemukan dan mengatasi sifat kemanusiaannya dengan berlatih ilmu terus-menerus. Dengan begitu Ramawijaya akan selalu disadarkan akan peran yang diembannya serta berusaha untuk menyelesaikannya.

Kisah Ramawijaya benar-benar memberikan inspirasi yang luar biasa dalam menemukan pemaknaan diri manusia. Kita semua diajak untuk mengejar sifat manusia utama dari apapun yang ada di dunia sehingga pada akhirnya kehadiran kita memberikan makna bagi orang-orang dimanapun kita berada. Sudahkah kita menjadi manusia utama???

Daftar Pustaka

D.M. Sunardi., Ramayana, Balai Pustaka, Jakarta, 1992
Latest
Previous
Next Post »